Pages

Wednesday, July 30, 2008

Lord U are Faithfull (Part 2)

(Continued....)

Summer and Winter
Springtime and harvest
Sun, moon and stars in their courses above
Join in all nature in manifold witness
To thy great faithfulness
Mercy and love

Great is Thy faithfulness
Great is Thy faithfulness
Morning by morning new mercies I see
All I have needed Thy hand hath provided
Great is Thy faithfulness
Lord unto me

And I must admit... it really was a though moment... Where evrytime I asked people's opinion, they prefer the far place. None of them supporting me to go to Bandung. Haha... This is the term where I'm getting blind because of my narrow minded decision, and where actually He tried to remind me that maybe it's not a good idea too started new choices, by people around me.

But still, Jessica si kepala batu, ternyata emang bener kepala batu. Aku tetep yakin, bisa jadi kehendak Tuhan bukan itu. Bisa jadi Tuhan mau aku ke bandung! And I'm stick to my own perception of God's Will, until they rejected me 2 times. Yeah, I've been rejected in Bandung 2 times, 2 weeks before the internship term started!! Imagine... gimana gak keruannya perasaanku nungguin jawaban, bolak-balik dipending, sampe-sampe aku hampir batalin yang di Bali, sangkin yakinnya pasti aku keterima di Bandung. Tanpa aku sadar, that it must be a signal from Him.

Bener-bener aku sekarang ngerti, gimana deg-degannya seorang cowo nungguin jawaban pernyataan cintanya ke cewe yang disayanginnya, ato gimana paniknya seorang papa nungguin istrinya ngelahirin di ruang bersalin!! Tiap ari aku mual, kerja ga fokus, emosi turun naik, oikiran mentok ke situ terus..... Gara-gara nungguin jawaban dari perusahaan-perusahaan itu. (Sambil tentunya keep on forcing people to pray for Bandung =p)

But again, Tuhan berkuasa. Hehe... Disaat aku menggunakan akal, tenaga dan pikiranku. Disitu aku tersandung dan ditegur Tuhan. Itu terjadi waktu aku ditolak untuk yang kedua kalinya, dan disaat list perusahaan di agendaku udah habis, mean, udah ga ada kemungkinan lagi. That it is totally zero possibilities for me now to start applying again in Bandung.

Disini, tahap ini baru aku akhirnya surrender. I finally gave up, ngacungin bendera putih tanda menyerah sama Tuhan. Disini Tuhan baru campur tangan. Aku harus urus Bali lagi. Dan aku belum tau jawabannya.
Namun jauh di lubuk hatiku. Pelan-pelan pandangan ku diperluas sama Dia... Ketika aku ditolak Bandung untuk yang terakhir kali, sbenernya aku lega.

Disini aku langsung sadar yang mana kehendak Tuhan sebenernya. Dimana saat ini adalah saatnya Jessica untuk belajar dulu, bukan mikirin hal-hal lain. Hal-hal skunder pasti Tuhan cukupkan nanti. Tapi ini adalah kesempatan yang ga selalu ada, yang akan sangat sayang klo aku ga ambil.

Kedua, dimana aku ngga seharusnya mikir, dan ambil keputusan sembarangan dengan akal dan pikiranku sendiri, karena seperti keyakinan yang akan selalu aku yakini, bahwa 'Tidak ada sehelai pun rambut kita jatuh tanpa seizin Tuhan". Artinya, sekuat apapun kita berusaha, if He says no, then it really means NO. Dimana kita boleh lakukan apapun yang kita mau, apapun yang sanggup kita lakukan, tapi final result tetap Tuhan yang berdaulat.

And the last, He want me to not take it for granted. Yep... Tuhan mau aku untuk ngga nganggep kesempatan yang udah aku dapet di Bali sebagai sesuatu yang "oh-ya-udah-baguslah" atau "oh-emang-seharusnya-aku -diterima".... Tapi Tuhan mau aku bener-bener sadar kalo semua ini bukan karena kekuatan manusia, but purely because of His grace. That I would never get that opportunity to go to far places, if it's not because of His grace.

Great is Thy faithfulness
Great is Thy faithfulness
Morning by morning
New mercies I see
All I have needed Thy hand hath provided
Great is Thy faithfulness
Lord unto me

Lagu ini jadi OST ku selama 2 bulan terakhir ini. Jadi saksi pendewasaanku yang sangat menakjubkan oleh Dia. Iya... harusnya aku sadar. Apa yang aku butuhkan. Tuhan pasti sediakan, dan memang Tuhan sediakan...
But sometimes... we're just to worried, where He'll gonna lead us to. We hardly believe in His plan through our life.

Well, maybe, what it take is just a little faith, and everything will be all right....

God, bless me this semester. I surrender all my life, in the palm of Your hand.
And I believe, You are Jehova Jireh, my provider, Who will provide evrything I need.
In Jesus name, Amen.

Lord U are Faithfull

"Great is Thy faithfulness
Oh God my Father
There is no shadow of turning with Thee
Thou changest not
Thy compassions they fail not
As Thou hast been
Thou forever will be..."

Most of the time.. We spend our time trying to figure out what's God plan for our life.
Kenapa ini terjadi? Kenapa begitu? Kenapa tidak seperti ini? Kenapa Tuhan bikin begitu?

Well, FYI. Blog ini adalah pemenuhan janjiku sama Tuhan... I've made a promise. That if He answered my prayer, I'll testify this to the whole world. I won't keep it for myself, for sure. And yes,
He answer it. According to His will, indah pada waktunya =)

Oh... I'm shakin' here... hehe...
So this is the story. Briefly.
I have been in totally confusing situation, where I must choose the location for my internship to complete my uni study. The first place is far away, but "loads" of benefits (kerja di situ bakal buka potensi danpeluang gede buat aku, secara arsitektur dan interior sangat berkembang disana, plus I love love ethnic design so much and I'm interested in it deeply.), but in the other hand, I'll lost my community. I'll be in a place faraway from people I love, which is I had dreamt to be close to them for a long time (I'm in jakarta, they're in bandung).

So, the most confusing part came, where I have to choose. My future, or my present indulgence?

I pray, pray and pray. Even I started to persuated people around me to start praying for me, hoping that God would answer it quick, straight, to the point.

Well, cerita ke-confuse-anku itu bisa dibaca pada blog dibawah...
Hehe... Mungkin saat-saat itu aku mencoba membohongi diriku sendiri, sambil berjuang apply sana-sini buat kerjaan di bandung (yeap, dalam tempo satu bulan aku harus bolak-balik ngirim CV dan porto sana-sini yang berujung pada penolakan), n hoping God would thought the same thing as mine.Aku berharap Tuhan akan mengerti. Dan mengabulkan permintaanku untuk kerja di Bandung, seperti seorang Papa mengabulkan permintaan anaknya untuk beli es krim di siang bolong.

Tanpa sadar dalam hati kecilku sendiri, aku mengingkari obsesi pribadiku. Klo mau jujur, klo pilih yang terjujur dari lubuk hati yang paling dalem.. Well, to be honest. Actually I'll choose Bali. Yea, it was like... a big opportunity for my carreer, as a beginner. Dan aku tahu, sebenernya. Klo aku kerja di Bandung, kemungkinan besar aku akan ngelakuinnya setengah hati. Tapi, bolak-balik, ketika pikiran itu muncul, hatiku berontak. Gila, selama 2 bulan, hatiku sama otak perang salib.

Ini adalah peperangan antara logika dan emosi!!!
My future.... or my senang-senang sesaat.....

(To be continued....)

Monday, June 30, 2008

I know Who Holds Tomorrow


I don't know about tomorrow, I just live from day to day;
I don't borrow from it's sunshine,

For it's skies may turn to gray.
I don't worry o'er the future, For I know what Jesus said;
And today I'll walk beside Him, For He knows what lies ahead

Many things about tomorrow I don't seem to understand;
But I know who holds tomorrow, and I know who holds my hand

Ev'ry step is getting brighter
As the golden stairs I climb; ev'ry burden's getting lighter,
Ev'ry cloud is silver-lined.
There the sun is always shining,
There no tear will dim the eye; At the ending of the rainbow, Where the mountains touch the sky



Ira Stanphill, 1950



Terus terang lirik lagu ini jomplang abis sama yang tengah saya hadapin skarang. Kenapa... saya yang mengidap decidophobia (fear of making decision), dipaksa untuk memilih... which is the path of my future. Both of them are dark... Well, still dark. So I can't be sure which one is the best. Which one should I choose. Yet, the worst is that 80% of the people whom I asked, suggest the one that I hardly wanna do.

Yang mana kehendak Tuhan?
Prosedur sederhana, best well-known : Which one the most suggested you, that's God's will.
But.. Oh no... Oh God... I'm not sure I can do it... Aku ngga yakin aku sanggup, karena banyak yang harus aku tinggalin. Kalo emang prosedur diatas kejadian sama aku saat ini. Tapi bagaimana kalo ternyata prosedurnya beda? Bagaimana kalo kehendakNya justru sama dengan yang aku mau? Bukan seperti saran dari 80% orang-orang itu?

Aku pusing.....
God, just forgive me... Whatever my choice will be... Coz now I can only just hoping for the best...
I'm sorry for being such a stubborn daughter... Yet, don't ever leave me...
Coz I'm still in need of your guidance through my whole life... Amen.




Thursday, June 19, 2008

ini baru wanita...

I always have this kind of respect feeling to my friend's sister. Di saat sebagian besar cewe bangga, to be mentioned "tomboy, kelaki-lakian, cuek, dsb"... She stood up and say to the world, that she's proud to be a girl.

Sebenernya saya rada ngga ngerti juga. Sindrom apa sih yang melanda cewe-cewe jaman sekarang sampai-sampai banyak yang ogah dikatain feminim? Melangkahi kodrat menurut saya. Coba liat kaum laki-laki, mereka akan bersumpah serapah klo sampe ada yang menyebut mereka feminim, kecuali kasus-kasus tertentu.

N this sister, si kakak ini, disuatu event akhirnya ketauan kalo dia hampir gak pernah make t-shirt klo keluar rumah. Bayangin!! Ngga rapih katanya... Salut saya, dan emang bener. Berapa kali saya jalan sama si kakak, ngga pernah sekalipun dia make kaos or something boyish, n prefer to wear girls shirt, or something girly, but it just fit nicely to her...

Menurut saya, harga perempuan ngga akan lebih tinggi dari pria mau setinggi apa jabatannya, sebanyak apa hartanya, senurut apa pasangan sama dia. What makes a woman truly a woman is... Bertindak sesuai kodrat alaminya, yaitu sebagai pendamping pria. Aku rasa itulah perempuan sejati.


Ps : tentang "pendamping" ini maknanya seluas lapangan bola... Ntar kita bahas di tulisan selanjutnya"

Saturday, June 14, 2008

....!!!

"... Because sometimes, what heart know, head forget"
Mr.Miyagi, The Karate Kid

hapilly ever after.

Mereka berjalan beriringan....
Nampak seorang telah letih...
Letih mengarungi hidup, ketika seorang manusia telah kelebihan pengalaman....
Namun ketika tidak ada lagi rahasia di dalam hidup mereka, pasangannya seolah mengerti, dan mempererat genggamannya...

Tanda kesetiaan.. Tanda pengabdian selama-lamanya.... Genggaman yang mengisi ruang-ruang kosong didalam hati... Menyegarkan jiwa yang letih....

Dan mereka menikmati detik demi detik yang mereka jalani. Yang seorang memegangi tangan pasangannya, sambil sesekali membiarkan ia menjauh sejenak, memberikannya kesempatan melihat dunia luas, seluas yang dapat direngkuhnya...
Namun satu yang pasti, pandangan mata pasangannya tak pernah lepas.... Selalu mengawasi, selalu menjagai, dengan perasaan sayang yang tak lekang berpuluh tahun lamanya...

Jumat sore, saya mampir ke sebuah toko buku didaerah tempat tinggal saya. Suasana cukup rame. Mulai dari anak TK yang merengek minta dibelikan child education toy, yah tipikal mainan edukasi baru yang katanya bisa meningkatkan daya kreativitas anak sambil bermain; seorang anak usia Sekolah Dasar yang sedang bingung memilih komik apa yang akan dibelinya, dengan tangan yang sudah penuh tapi masih tetap saja kurang; seorang remaja perempuan yang asik memelototi majalah mode keluaran Amerika di counter majalah sambil sesekali mengetik ntah apalah di hape-nya; seorang ibu yang sedang membajak secara diam-diam dengan menghapalkan resep-resep masakan dari buku resep (untuk apa dibeli kalau bisa diingat?); seorang Eksekutif muda menekuni kitab-kitab saktinya mengenai dunia bisnis dan perdagangan....

Dan yah, pandangan saya kemudian tertuju (atau ditujukan?) pada seorang oma. Oma itu berpakaian khas seorang oma seperti biasanya. Ia menyandang sebuah tas kanvas, tangan kirinya memegang sebuah shopping bag, sementara tangan yang satunya lagi asik menjelajahi rak-rak buku di bagian novel terjemahan. Si oma tersebut, ya ampun... wajahnya kok teduh sekali yah... Dan hobinya itu... Bayangkan saja, sudah tidak ada lagi rambut hitamnya, berjalanpun sudah agak berjuang, tapi keinginan untuk membuka jendela pikirannya masih luas terpancar... Dengan serius ia menekuni rak satu persatu, sambil sesekali melihat buku yang menarik hatinya. I wonder, ketika seseorang telah berumur sedemikian lanjutnya, ketika dunia dan lingkungan yang ditinggalinya sekarang sudah jauh berbeda dengan dunia yang dikenalnya dahulu, masihkah ada sebuah kerinduan untuk mengetahui apa yang terjadi di luar sana? Ketika sudah waktunya anda dan saya duduk santai dirumah, tidak sanggup lagi mengerjakan pekerjaan rumah, setiap hari menanti anak-cucu datang berkunjung, apakah masih tersisa ruang rasa ingin-tahu, apakah imajinasi itu masih ada? Apakah rasa sentimentil masih terpelihara?

Oh, iya... Ketika saya melihat diri Oma tersebut... ternyata masih ada. Dan ketekunannya dalam mengisi hidupnya menjadi bukti nyata. Oma tersebut berjalan perlahan-lahan, sambil dengan giat menoleh ke kanan dan ke kiri, masih mengobservasi.

Belum habis rasa kagum saya, ketika entah kenapa perhatian saya tidak lagi tertuju pada objek tujuan utama saya; atas dasar itu saya datang ke toko buku tersebut, saya sedang mempertimbangkan untuk membeli salah satu dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ; seorang Opa, yang sudah sepantaran Oma tersebut, datang mendekat, sambil bergegas mengambil-alih shopping bag yang sedari tadi berada di tangan kiri Oma. "Sudah ?" tanyanya. Si Oma, masih pandangannya ke rak buku-buku, persis seperti seorang anak yang berada di toko mainan, menjawab "Mmmm.... belum," Si Opa tersenyum, lalu menggandeng tangan Oma, dengan setia mendampingi. Oh,... sekarang saya total, gagal konsentrasi. dan sepertinya saya harus kembali lagi ke toko buku ini besok, karena saya ngga bisa berpikir lagi! hahaha...

Iya... pikiran Jessica lalu melayang...
Pertama akan kesetiaan dan janji sehidup semati yang bukan bohongan, yang sedang dihidupi oleh pasangan tua yang berbahagia ini (mereka nggak ubahnya seperti pengantin baru), tentang sebuah pengabdian yang melewati pahit-getir pengalaman hidup, yang membawa mereka pada sebuah pemahaman yang utuh tentang sebuah cinta yang sesungguhnya. Terlintas kemudian ajaran tentang kasih... kasih itu suci, kasih itu murah hati, kasih tidak megahkan diri, kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri.... Iya, kasih yang sejati, yang muncul justru ketika kita merasa bahwa tidak ada lagi jalan keluar, ketika semuanya seperti berakhir, ketika berpisah jauh lebih baik daripada bersama...
Tetap, mukjizat datang... dan kasih yang sejati menutupi.

Dan ajaran yang kedua adalah yang datang dari rasa kagum saya akan jiwa yang senantiasa fresh, jiwa yang segar yang tersembunyi dalam atribut seorang lansia berumur 70-an tahun. Saya akan menjadikan Oma tersebut sebagai salah seorang role model saya. Hehe... Saya ingin, kelak ketika anak-cucu saya datang kepada saya, di masa tua saya, saya bukanlah Jessica yang tidak tahu, tapi Jessica yang memberi tahu. Saya ingin dikenang sebagai seorang ibu dan oma yang open-minded, peduli dengan keadaan sekitar saya, meluangkan waktu saya untuk hal-hal yang nilai investasinya tinggi seperti membaca buku, kemudian membagikan pengalaman tersebut kepada keturunan saya, dengan harapan mereka juga tumbuh menjadi orang-orang yang memiliki nilai-nilai idealisme dan integritas, 2 hal yang telah menjadi barang langka dan telah membeku menjadi fosil ditengah terpaan zaman modern ini.

Oma menjauh lagi.... Berjalan kearah rak buku rohani... Si Opa yang sudah capek, mengalah, melepaskan genggamannya. Namun satu yang pasti, tatapannya lekat mengawasi pendamping tercintanya... Saya pun berpaling, berusaha untuk tidak melamun sambil menabrak orang, berjuang mengembalikan konsentrasi saya, melupakan sejenak pengalaman hebat ini, kemudian terus berjalan...

And they live happily ever after....

Thursday, May 29, 2008

Guru dalam Tinta Emas (Part 1)

"Saya pernah denger di talkshow sebuah radio Jakarta, di daerah Cengkareng, ada seorang kepala sekolah
(yes, he is a headmaster of the school) yang harus merangkap kerja jadi pemulung karena harus biayain istrinya
yang sakit kanker, he doesn't have any choice, remembering that he must take care of his wife without distracting
his teaching time.

Sangat menyedihkan, dan ini bukan hanya satu karena masih banyak cerita-cerita miris tentang pengajar, yang sudah
bersedia merelakan hidup mereka demi masa depan calon pemimpin bangsa kita."

That's my recent comment for Adhitya Mulia's post. His topic is about anak asuh n guru asuh. Blog yang sangat menyentuh.
Disitu diceritain tentang anak-anak yang ngga bisa sekolah karena gak mampu bayar SPP, dan om Adithya Mulya mengajak kita
semua untuk rame-rame menyisihkan sedikit dana dan memberikan sebagian hati kita untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Tapi ada satu hal lagi yang lebih menyentuh saya. Anak asuh, sudah banyak yang ambil bagian menjadi orang tua asuh bagi
mereka.
Tapi kalau guru asuh? Itu baru cerita lain. Yes, he wrote about it too. Dan membaca hal ini, saya jadi teringat sama sebuah buku yang tersusun dengan rapi bersama deretan buku-buku lain di rak buku saya. Judulnya GURU DALAM TINTA EMAS - "Kisah Guru Istimewa".
Udah cukup lama mendekam di rak buku tanpa perhatian dari saya. 3 tahun mungkin. Yah, bahan bacaan bertambah, satu demi satu, menggeser perhatian saya, sehingga si "Tinta Emas' hanya menjadi penghias rak buku diantara karya literatur lain yang lebih eye-catching.

Buku tersebut berisi kumpulan artikel-artikel dari koran Kompas mulai tahun 1997-2004. And the amazing thing, semuanya cerita tentang guru-guru yang "luar biasa". Baca buku itu, gak mungkin air mata kamu gak menetes. Bagaimana tidak, bahwa di negara kita ini, yang mulai diserbu dengan sekolah-sekolah franchise dari luar negeri yang mulai menjamur, dengan sekolah-sekolah lokal bertaraf internasional, berprogram internasional, ternyata masih tak terhitung jumlahnya sekolah-sekolah yang sangat prihatin, terutama di daerah terbelakang, yang jauh dari ibukota provinsinya. Dan guru-guru di sekolah tersebut, memiliki ceritanya masing-masing yang sangat memilukan hati...


(Sambungan blog ini bisa dibaca di posting selanjutnya)

DI 5 - Public Space

So this is my last Studio Project, Interior Design 5 - Public Space. The style was colonial, full with Dutch neoclassic influence with rich influence with art deco (which was the style of the building and Indonesian heritage.

Bangunannya adalah sebuah hotel bernuansa Kolonial di Bandung. And I must
say, ini project terdalam dari hati, n my most favourite one rather than the other 4 studios before. Karena di sini aku bener-bener bisa main-main suka-sukanya aku, mulai dari milih judul proyek, lokasi, ruangan yang mau dibikin ampe konsepnya. Bener-bener proyek idealis lah. Mengerjakan dengan hati, begitulah kira-kira. Gak nyangka juga sebenernya, bikin tampak potongan yang sebelumnya adalah one of my nightmare, become my favourite one. Main-main detail-detail, bentuk furniture kolonial khas Jawa, belum lagi ukiran kaca patri yang sangat vintage. I enjoying it more than I thought before!

This is really the peak. Yea... bikin maket sendiri makan waktu 4 hari. Kalo gak karna suka, udah gila kali aku mo bikin sampe segitunya, diwarnain satu-satu, belum lagi ukurannya yang amit-amit kecilnya (skala 1 : 50 ya bo...). But overall sih aku bisa bilang puas dengan kerjaan aku... Mulai dari konsep awal sampe final executionnya, because I really give my heart, time and energy there....

Dan, akhirnya ini DI terakhir... Gak terasa, mulai dari DI 1, DI 2, trus sampe DI 5. Thanks God that I could made it without failed. ..

Ini beberapa foto maketnya... Pamer? Hehe... Kenapa ngga... kerjaan 4 hari gitu... Yah, minimal ada yang liat hasil desain aku d skalian promosi diri pribadi..
Ada yang berminat memake-over rumah kolonialnya?
Hubungi saya....
hehe =)

CheckList.

Tomorrow I'll step my feet in Medan... Yay!!!
Sebenernya rencana yang cukup mendadak mengingat tadinya I'm planning to go to Bandung for refreshment after final test, but... Hmmmm... Maybe my hometown's calling me n my heart just heard it and response to it spontaneously, so just 5 days ago I call my dad telling that I wanna go home.

It's not so me, because I usually planned something about 1-2 weeks before. But, I guess it's not a bad idea, reminding that they are missing me!!!
Hahaaa.... So, okay, I'm going to Medan tomorrow, at 01.30 pm.

Must to do in Medan :
1. Visiting Istana Maimun.
For the sake of my 18 years life in Medan I must admit it that I never visited this one-of-the-treasure of
Medan!!! Oh... Where was I? Trapped in the middle of what I called as the Medan-youth-indulgence???
How pathetic.

2. Come n enjoy... Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU)
Again, I dedicated my 1 week holiday diggin' for my thesis... I've been scanning all around in my uni
library, but the result was zero. I didn't get it actually. Is the topic not to demanding, or they find it difficult
to buy the books?
Well, there are a lot of books about Bali, even Nusa Tenggara up there but not the Bataks.
So, I'm hoping that I'll found some precious info there at the USU Library.

3. Makan duren
Sudah jelas... My guilty pleasure!!!
Hahaaaa, for weeks I've been craving with the "duren monthong" in Jakarta.... But I still thought that
spending 40 thousands something for enjoying that colestherol source just by myself is utterly "kurang
kerjaan" so.....
This is the time for revenge!!!
=D

4. 24 hours in Sei.Bingarun no.1
Ok, watch Gossip Girl with Cindy (duh...), golek-golek berjam-jam di kamar, nonton tipi ampe muntah,
nyoba-nyobain baju Cindy... Hehe...

Ya sudah lah, ya... I mean, I only did this like twice in a year.... And I must admit that I like it... Just doin
nothin in my parents home... Quite a nice escape for me =)

5. Jajal Jl. S.Parman
Bubur ayam, kuetiaw, nasi goreng....
Nyaammmmyyyyyyyyy

6. Bernostalgia...
Yeah, what else...
Chillin' with my besties lah....
Hehe... =)



Wednesday, May 21, 2008

:'"""><*&^%#$&(&

My wish for today :
Post my recently assignment : "Hotel Savoy Homann"
But sadly, I don't have enough time....
Mengingat deadline yang semakin dekat....
Aw nawwwww...

But I'll post it, sooner or later...

PS : I dream of a so-called very very nice holiday with my family n hubby... Hikz...

Semangat Jessica!!!!
Ur last semester n ur gonna gonna survive!!!

Wednesday, May 7, 2008

I.N.T.J

Introverted.Intuition.Thinking.Judging


Okay, so this is my personality according to a personality test
web http://mypersonality.info/.

"The Strategist"

"INTJs are introspective, analytical, determined persons with natural leadership ability. Being reserved, they prefer to stay in the background while leading. Strategic, knowledgable and adaptable, INTJs are talented in bringing ideas from conception to reality. They expect perfection from themselves as well as others and are comfortable with the leadership of another so long as they are competent. INTJs can also be described as decisive, open-minded, self-confident, attentive, theoretical and pragmatic."

"INTJs are natural leaders, although they usually choose to remain in the background until they see a real need to take over the lead. When they are in leadership roles, they are quite effective, because they are able to objectively see the reality of a situation, and are adaptable supreme strategists - always scanning available ideas and concepts and weighing them against their current strategy, to plan for every conceivable contingency. "
- Portrait of an INTJ (The Personality Page)

This is a personality test based on Myer-Briggs Personality Types.
I found out that 90% of the analysis are true.

Tuesday, May 6, 2008

Cerita Opung Gigi Tiga


A couple weeks ago, Opung Gigi Tiga (Opungku Silaban), diopname di Siloam Hospital Lippo Karawaci. Asam uratnya tinggi, tangan opung bengkak. Ini udah aku prediksi dari beberapa hari sebelumnya. Ngeliat jadwal jalan-jalan opung di Jakarta yang udah kelewat berat untuk seorang Bapak berumur 78 tahun. Bahkan di hari opung sakit itu, sebenernya jadwal Opung n para namboru untuk pergi ke Puncak! Ada-ada aja emang..

Tapi, walopun begitu.. Sebenernya ga bisa disalahin juga. Darah voyager mengalir di darah kami.. Mulai dari
Namboru Ara, sampe namboru adek, plus anak-anak mereka, hampir semua doyan jalan. Ga ada kata capek dikamus kami. Kalo jalan ke luar negri, udah kayak bagpacker aja, naik bis, kereta api, apa aja dicoba.. Still, gak lupa membawa anak-anak yang masih balita, with no men with us!! Semuanya turun dari opung, yang sampe umur sekian masih rajin bolak-balik Sidikalang, sampe bikin anak-anak opung spheechless, cuman bisa ngurut dada, saking gak tau lagi harus berkomen apa. Tapi itulah opung. Gak pernah bisa diam di satu tempat tanpa ngelakuin apa-apa.

And the moment when Opung was sick, who knows, gonna be one of the sweetest moment we spend together.
Jadi, hari Minggu, mulai dari jam 7 pagi, aku n Kandi dapat shift jagain Opung sampe jam 3 sore, karena semuanya pergi. Para namboru gereja, uda Edi udah nginep kemaren malemnya, jadi harus pulang,he definitely need a rest. Tinggallah kami berdua sama opung. Beberapa jam pertama, aku sama Kandi ngobrol terus, agak nyuekin Opung yang kami kira lagi tidur. Sampe jam 3, ternyata oh ternyata... kekasih hati sepupuku tersayang datang berkunjung. Yang berarti, Kandi mau pacaran... Yah, aku ditinggal berdua deh sama opung, sementara dia turun ke lobby karena pacarnya ngga mau naik ke atas (serem atuh, kalo sampe ketemu Opung, berarti tinggal nentuin tanggal..).

15 menit pertama kami diem-dieman, aku nyuapin Opung makan puding. Aku kira Opung masih lemes, jadi aku nahan diri untuk gak ngajak Opung cerita-cerita. Eh ternyata beberapa waktu berselang, Opung mulai buka percakapan.
"Jadi kenapalah kau kuliah Interior itu? Suka rupanya kau? Kok bisa pulak?"
Lalu aku jawab, "Iya pung, dari kecil gak tau kenapa Jess suka liat-liat majalah interior, suka liat-liat bangunan,
jadi pas kuliah Jess milih masuk Interior."
"Bah, i do hape? Jadi bagaimana menurutmu selama ini? Sanggup kau?"
"Sampe sekarang bisa-bisa aja kok Pung. Memang capek kali rasanya ngerjain tugas terus, tapi begitu siap, puas kali rasanya pung."
"Bah.. baguslah itu.. Tapi kurasa perlu kau datang ke Bogor, ke tempat Opung F.Silaban itu"
"Yang bikin Mesjid Istiqlal itu ya pung? Tapi kan udah gak ada Opung itu. Ngapainlah Jes kesana?"
"Iya pulak ya. Maksudku, manatau ada informasi kau dapat disana. Kan bagus itu. Mana tau bisa nanti untuk kerjaanmu. Pernah Opung itu datang kerumah Medan. Trus kata Opung itu, cantik kali rumahmu ito. Ada juga Silaban sama denganku.."
Opung ketawa. Aku jadi geli. Ada-ada aja si Opung ini, masih sempet-sempetnya pamer masa lalu.
"Iya, pung. Tapi rencana Jess sebenarnya kalo bisa ngga kerja di Jakarta, kalo bisa mau coba unicef. Jess pengen ngurus bidang kebudayaan pung."
"Bah, baguslah kalo gitunya. Biar kau bangun dulu kampung kita itu."
"Iya, pung itulah nanti kalo ada jalannya, yang Jessica pengen kerjakan."

Blah,blah.. Opung mulai cerita tentang masa kecilnya. Tentang bagaimana dia adalah satu dari hanya segelintir anak-anak di kampung Sidikalangnya yang mau bersekolah. Begitu niatnya sampai Opung ke Medan sendiri, untuk sekolah. Saat itu Opung ngaku sama Ibunya kalo Opung merantau ke Medan untuk kerja. Padahal Opung sekolah, dengan biaya sendiri yang didapat dari hasil menarik becak.. God.. No wonder darimana aku dapet sifat pantang menyerah dan idealisme ini. Warisan dari Opungku ternyata..

"Biar tau kau, dulu Opungmu Sianipar, kawanku itu waktu masi kecil."
"Opung doli pung? Ah, masak? Kok bisa?"
I was really surprised, when I found out that really exciting story, that my mommie's dad was my pappie's dad childhood friend!! Opung pun bercerita lebih panjang lagi, tentang bagaimana Bapaknya Opung Doli Sianipar yang seorang pejabat besar di Sidikalang waktu itu, sering pergi piknik dengan Ibu dan Bapaknya Opung... Dan Opung Silaban sama Opung Sianipar main-main bersama.
"Main bola keranjang kami dulu."
"Bola keranjang pung? Bola basket kali pung..."
"Haaa... sama lah itu.."

Dan Opung pun tersenyum sambil sesekali menahan tawa karena badannya yang masih lemah. Terus melanjutkan cerita kami.
Wow... Aku gak pernah menyangka.. How amazing God is.. Ketika dua keturunan dipertemukan generasi demi generasi, bertemu lagi tanpa sengaja di tempat perantauan, sampai akhirnya mengikat tali persaudaraan dalam sebuah pernikahan... dan lahirlah aku...
Itu cerita yang bener2 bikin aku terharu...
Ah, He surely know how to make people again and again give thanks for His kindness and amazing grace...

Dan satu hal, yang aku tangkap dari percakapan kami sore itu. That he, my grandfather, I notice it from how he looked at me, he put his faith in me. Keyakinan bahwa suatu hari nanti aku akan menjadi orang yang berhasil, persis seperti keyakinan yang ditanamkan papi dalam diriku.
Dan bebanku pun semakin berat... Tanggung jawabku semakin banyak...

Cepet sembuh ya Opung Gigi Tiga..
Keep pray for me, and for all your grandchildren. God always be with you...

The Greatest Escape, Journey to a heritage.

Cindy n Tika, 1 morning in Ambarita, catching fish in Lake Toba.
Dec 2007.


Masih inget rasanya pertama kali jatuh cinta?
Jantung serasa mo copot... Grogi tiap kali ketemu dia...
Tapi bukan bagian itu yang mau aku bahas.. Bagian yang mau aku sampein adalah adegan dimana waktu kita siang malam keinget dia trus.. Spontan dikepala langsung keputer soundtracknya saya dan dia.. Trus mulai bengong2 sendiri d...

Rasanya apa?
Indah, bahagia, serasa semua masalah terlupa...

Skarang kita beralih ke pengalaman spiritual... Masi inget rasanya pertama kali menemukan Tuhan Pencipta kita? Waktu pertama kali berkomunikasi dengan segenap perasaan dan jiwa, tanpa terkungkung aturan2, tanpa paksaan dari orangtua, tapi dengan pure heart karena satu alasan, saya sayang Tuhan? Ketika kita mengambil keputusan untuk sepenuhnya percaya padaNya tanpa keraguan setitik pun.
Rasanya bukan main, ga ada yang ngalahin, segala perasaan damai, tenang, suka cita, bercampur aduk jadi satu...
Dan kita pun lahir menjadi pribadi yang baru..
And it also called a "First Love"... A purest case of "First Love".

Nah, skarang kita beralih ke hal lain lagi. Bagaimana dengan
cinta kampung halaman?
Ada yang pernah ngerasain? Tunjuk tangan.... Kalo yang ini.. Jujur saya bingung mau mulai dari mana. Tapi intermezzonya begini deh kira-kira. "
Be greatful for knowing where u come from. Be thankful for who you are. For God has arrange His amazing plan for your people by YOURSELF."
Yap.. Berbahagialah orang2 yang udah pern
ah menginjakkan kaki di kampung halamannya, tempat dimana kakekmu menghabiskan masa kecilnya, main bola dengan teman-temannya, tempat dimana buyutmu berjuang mencari nafkah demi masa depan anak-anaknya, karena dari tempat itulah sejarah dirimu bermula.

Semester ini, pikiranku dibuka seluas2nya sama Tuhan. Mulai dari rencana tugas akhir, yang aku ambil topik tentang kebudayaan Batak Toba. Awalnya tujuanku cuma sa
tu. Sebagai proyek idealis terakhir (bersyukur aku kuliah interior, aku dikasih nilai untuk bikin apa yang aku mau, bukan apa yang orang mau! Namanya juga masi kuliah), sebagai tanda bahwa aku gak pernah dan gak akan lupa darimana aku berasal. Sebagai tonggak, bahwa sejauh apa aku pergi nanti, lintas samudera kah atau lintas benua, aku harus kembali lagi ketempat dimana akarku tertanam.

Dan penelitian demi penelitian pun dmulai. Berhubung aku belum punya waktu untuk balik ke Medan n ke Samosir, aku search by web dulu... N sempet dapet jg buku di perpustakaan walopun dapetinnya dengan perjuangan. Karena dari sekian ribu buku yang disusun rapi di rak2 gede perpus kampus nan hitech n modern itu, cuman ada 1 buku tentang kebudayaan Batak!
Ya, begitulah kira-kira..

Bulan demi bulan, berhubung kuliah kolokium nuntut aku harus nyusun bab 1 n kalo bisa juga bab 2 n bab 3 selesai, aku harus gali bahan sebanyak-banyaknya. N disinilah cerita ini dimulai. Kalo aku boleh bilang, prosesnya seperti pertama kali suka sama orang. Kenalan, mulai jalan, saling mengenal kebiasaan masing-masing, jealousankah dia? Ato malas, kerjanya tidur mulu?
Ato ternyata dia adalah the most wonderful guy u ever know? Dari saling mengenal, rasa suka bergeser lebih sedikit jadi rasa sayang.


Pelan-pelan rasa sayang aku mulai tumbuh. Rasa syukur aku terlah
ir jadi orang Batak, betapa bangganya aku dengan segala budaya, Dalihan Natolu, filosofi hidup Batak, tentang nenek moyangku yang melembutkan hatinya dan nerima Tuhan Yesus jadi Juru selamat mereka. Dan melihat Danau Toba, walaupun hanya dari blog-blog orang, untuk yang entah keberapa kalinya, hatiku mau meledak rasanya!

Damn... Like, I have been to Bali, the land of God, I have been to Europe, the absolutely prettiest continent of the earth.. But, just when I remember how I feel when I stepped my feet at the Samosir Island, NOTHING compare the feeling. Perasaan dimana rasanya, God, this is where I supposedly belong.. My ancestors land.. Dan di tano Batak itu, aku masih ingat anginnya yang bertiup lembut, bukit2 yang menghampar, inang-inang lagi gendong anaknya, hamparan sawah, yang di depannya berdiri gerej
a dari kayu, lalu rumah-rumah Batak itu,dengan atap tingginya yang masih berdiri dengan tegaknya. Terbayang para leluhur dengan kain ulos kebanggaan mereka berdiri dengan gagahnya, menjagai tanah Batak dan Danau Tobanya dengan setia sampai akhir. This is my greatest escape.. Dan melihat tanah Samosir juga, walaupun hanya dari sambungan internet ribuan kilometer jauhnya, aku teringat my beloved Opung Doli Sianipar yang udah
duluan dipanggil Tuhan... My gosh..
I miss him.. Air mataku menetes..

I'm so sorry. But I can't really describe my feeling... Sebuah perasaan yang sangat abstrak.. Aku tau, disaat aku menginjakkan kakiku ke pulau orang batak itu, air mataku gak akan bisa aku tahan.. Karena pada saat itu aku, dengan segala ideologi modernku dengan segala pandangan hidup liberalku,dengan segala ambisi manusiaku.. Seperti langkahku distop, kedua bahuku
di pegang dari depan, lalu dibalikkan, untuk melihat kembali, loncat ke beratus-ratus tahun yang lalu, jauh ketika opungku pun belum ada, ketika nenek moyang yang jauh di belakang kami, berdoa, memanjatkan permohonannya pada Tuhan, untuk menjagai keturunannya. Ketika nenek moyangku memanjatkan doa ucapan syukur, dan memohon agar Tuhan memberkati keturunannya, sampai entah berapa generasi selanjutnya. Ketika nenek moyangku memohon agar Tuhan menjadikan keturunannya orang-orang besar.

Dan, saat itu. Aku tau. I've to do something. Bahwa ketika Tuhan menciptakan Jessica jadi orang Batak, bukan hanya rasa bangga semata yang Tuhan ingin Jessica miliki. tapi sebuah visi, yang semakin lama semakin jelas tergambar di pikiranku, bahwa aku harus buat sesuatu untuk Tano Batak. Bahwa dengan kondisinya dewasa ini, dimana kemiskinan menjadi pemandangan b
iasa, kekurangan dimana-mana, pendidikan yang kacau-balau, dan kebudayaan yang diabaikan dengan kejamnya oleh para Batak people yang mengaku dirinya modern, akan menjadi momen yang sangat indah kalau aku diberikan kesempatan untuk ikut serta memperbaiki apa yang sedang terjadi di sana, sekecil apapun peranku. Semuanya sebagai wujud syukurku kepada Tuhan, atas kampung yang luar biasa indahnya, dan syukur atas takdirku dilahirkan sebagai orang Batak.

Aku belum tau itu apa. Aku belum tau kapan waktu yang tepat. Tapi yang aku tau, perasaan nyesal ketika aku mengabaikan suara itu, tak akan ada yang menandingi.
Sekarang adalah waktunya aku berbenah diri, prepare myself, inside-out, and ask God if this is really His call.
And, when the time is coming, I'll go.
Ada yang mau ikut?



















(ps. I wrote this post while listening to Viki Sianipar's Toba Dream 3, really a perfect OST album for my Tano Batak imaginations... and my head full of Tao Toba's magnificent view, the blue sky, the Pusuk
Buhit stood still, n all I wanna do just rush there n stay as long as I can, 'till He ask me to leave...)



"Culture is the widening of the mind and of the spirit."
Jawaharlal Nehru

Monday, April 28, 2008

Very Inspiring Article

Jika Anda Batak, Katakan Pada Anak Anda Dia Batak


Children should be encouraged to take pride in their ethnic heritage, thereby boosting self-esteem.” (DeHart, Sroufe, & Cooper, Child development: Its nature and course. Boston: McGraw Hill, 2000). “Anak-anak harus didorong untuk bangga pada asal-usul etnis mereka sehingga mendongkrak rasa bangga dan penghargaan terhadap diri mereka sendiri

Weekend lalu saya diperkenalkan si Bungsu adik saya pada teman barunya. Si Bungsu ini “anak gaul” sehingga kerap membawa teman baru ke rumah. Biasanya si Bungsu akan memperkenalkan nama temannya dan saya akan melanjutkannya dengan pertanyaan-pertanyaan standard seperti “tinggal dimana”, “sekolah dimana”, “kenal si bungsu dimana?”, “ayah ibu kerja dimana” dll. Kadang pertanyaan-pertanyaan itu saya akhiri dengan pertanyaan dari mana dia berasal. Teman baru si Bungsu yang usianya tidak lebih dari 20-21 tahun ini misalnya, karena wajahnya yang Ganteng, bulu matanya luar biasa bagus, kulit bersih dan tubuh atletis, saya jadi ingin tahu dari mana dia berasal.

Kamu orang apa sih, Dek?”, tanya saya ingin tahu.

Orang Jakarta, Kak”, katanya.

Kita semua orang Jakarta karena kita tinggal atau lahir di Jakarta. Maksud Kakak, kamu berasal dari suku apa”, lanjut saya.

ohhhh”, katanya seolah baru sadar salah menjawab. Saya yakin dia sebenarnya mengerti maksud saya. “Orang Sumatra, Kak”, jawab si ganteng. Saya mulai agak hilang kesabaran.

Dek, kamu tidak belajar pengantar Antropologi waktu semester satu yah? Kan Sumatra itu bukan suku bangsa, jadi enggak ada istilah saya orang Sumatra. Kok susah amat kau menjawab pertanyaan Kakak? Kamu nih ganteng dan oon yah”, lanjut saya. Si Ganteng tertawa.

Orang Medan deh, Kak”, ralatnya, gelisah. Mukanya agak bingung atau pura-pura bingung.

Si Bungsu yang tahu betul maksud saya langsung menimpali dengan wajah tidak sabar: “Lu ngomong sama Kakak gue yang bener, bilang aja lo orang Batak gitu, susah amat sih guoblog lo…. Dia ini Siregar, Kak, gak ngaku Batak! Ibunya Batak, juga, Simanjuntak.” “Waktu ketemu pertama kali juga ‘gitu’ Kak, bertele-tele waktu ditanya orang apa”, lanjut si Bungsu. “Mandi masih pake air asin, tinggal di gang sempit aja udah gak ngaku orang Batak lu..!”, lanjut si Bungsu berseloroh. Mereka terbahak. Semoga si Ganteng belajar sedikit hari itu mengenai siapa dia.

Saya bangga pada si Bungsu karena diusianya yang muda ia tidak pernah ragu mengatakan “Saya orang Batak”. Si Bungsu adalah tipikal remaja metropolitan “produk MTV” yang selalu kami khawatirkan agak menganut faham hedonis dan sangat ter-westernisasi. Sejak usia 5 tahun dia sudah ‘ngerti’ apa itu “luar negri”.

Saya juga bangga pada ayah saya yang sebagian hidupnya dihabiskan di Semarang, dan sampai akhir hidupnya selalu membaca karya-karya sastra cukup tinggi dari Rendra, Sapardi Joko Damono, hingga Ernest Hemingway itu, tetapi ia tetap mengajarkan anak-anaknya untuk bangga pada asal-usul kami. “Never be ashamed to tell people who you are. You are orang Batak”, demikian ayah saya yang berbahasa Inggris, Belanda dan Jawa itu selalu mengatakan.

Pengajaran ayah saya itu menanamkan concious saya untuk tidak pernah ragu mengatakan “saya orang Batak” ketika asal-usul saya ditanyakan dimanapun saya berada, di Danau Toba yang keras, di Yogja yang lunak maupun di Paris, London atau New York yang sophisticated, ketika saya bertemu dengan orang Indonesia disana. Bahkan ketika saya sudah menyebut diri saya sebagai “a global citizen”. “Saya Orang Batak”. Clear! Tanpa embel-embel “tapi saya lama tinggal di Singapore”, atau “tapi saya sudah tidak bisa bahasa Batak”, atau “ tetapi saya lahir di Jakarta” atau “tapi saya orang Mandailing”. Kata “tetapi” itu adalah satu dari seribu excuses yang dipakai oleh banyak orang Batak untuk mengatakan bahwa ia berbeda dari stereotypetetapi saya sudah berbudaya, sudah tidak ‘barbaric’. Saya sudah tidak makan orang lagi!”. orang Batak yang terbentuk di masyarakat. Kira-kira artinya adalah “

Menjadi orang Batak berarti terperangkap dalam konotasi negatif stereotype yang terbentuk lewat penggambaran karakter yang kasar, keras, tempered, agresif, tukang-berantem, nyali preman, gaya bicara teriak-teriak, volume suara keras, belum lagi stereotype fisik rahang bersegi, mata tajam, tubuh lebih sering tebal dan profesi yang dihubungkan dengan pencopet, supir metromini ugal-ugalan, preman, petinju kasar, pecatur suntuk, inang-inang pedagang Pasar Inpres Senen, atau penyelundup Tanjung Periuk.

Konotasi negatif inilah yang sering kali membuat banyak keluarga Batak tanpa sengaja tidak menanamkan “rasa bangga” akan asal-usul mereka pada anak-anak mereka seperti si Ganteng teman adik saya tadi, yang jelas sekali sangat berat mengatakan “saya orang Batak”, dan berkilah mengatakan dirinya “Orang Jakarta”, “orang Sumatra” dan “orang Medan”. Konotasi negatif itu juga sering membuat Orang Batak bangga jika dikatakan “tidak kelihatan Batak”, “tidak kentara Bataknya”, apa lagi kalau sudah agak “kaya” sedikit atau kenal luar negeri, sudah tidak mau terafiliasi dengan apapun yang berbau Batak. Kalau bisa jangan ‘ngaku’ orang batak. Seorang artis berdarah batak malah mendapatkan nama ”Cut “ dari ayahnya untuk menggelapkan asal-usulnya. Menyedihkan!

Konotasi negatif di atas tidak akan pernah hilang jika setiap keluarga Batak memilih untuk menanggalkan identitas anak-anak mereka, menghilangkan marga mereka dari nama-nama mereka, “menggelapkan” asal-usul mereka dengan istilah “orang Medan”, “orang Sumatra” atau “orang Jakarta” (dia pikir cuma dia yang lahir di Jakarta), serta tidak memberikan pengajaran betapa pentingnya mengenal akar dan asal-usul budaya sendiri sebelum mampu mengenal dan mencintai budaya-budaya lain, bahkan sebelum mampu menikmati Beethoven Symphony No 9. Jadi jangan bilang anda penikmat budaya jika asal-usul suku bangsa andapun tidak anda akui.

Menanamkan kebanggaan atas asal-usul pada anak-anak kita itu bukan untuk tujuan pengkultusan superioritas kesukuan atau ethnocentrism, akan tetapi penghargaan terhadap budaya, etnik, identitas dan asal-usul itu. Kebanggaan dan penghargaan itu akan memberikan “sense of belonging” atas kelanjutan sebuah nilai budaya yang menjadi pondasi untuk membangun diri sendiri. Kelak tentunya membangun lingkungan dimana dia berada.

Red Wolf seorang pejuang dan budayawan Indian, Native American dalam beberapa bukunya mengatakan: “The Native Indian passed their culture and tradition down from generation to generation from memory, not from a notepad or book. Therefore, if your Mother, Grandmother, Father or Grandfather told you or your family that you are of Indian blood, you are Indian”. Saya terpesona dengan tulisannya itu. Katanya: “ Orang Indian mewariskan budaya dan tradisi mereka dari generasi ke generasi lewat ingatan, bukan lewat catatan dan buku, jadi jika ibu, nenek, ayah atau kakekmu mengatakan bahwa engkau berdarah Indian, maka engkau adalah Indian”.

Saya implementasikan dengan bebas kalimat di atas ke dalam tulisan saya ini sebagai: “Jika engkau orang Batak, katakan pada anak-anakmu bahwa mereka adalah orang Batak”.


Honourly taken from : Tika Sinaga
http://blog.360.yahoo.com/blog-0kb4Q7Qlcq36EgLyeJr0.fJR?p=12

"Lg browsing2, saya ktemu artikel ini. Dan saya langsung ngefans berat sama penulisnya. And I'm speechless... Bravo!!!"

Friday, April 18, 2008

Song of the Year

Emmy Rossum "Slow me Down"





















Rushing and racing
and running in circles
Moving so fast, I'm forgetting my purpose
Blur of the traffic is sending me spinning
Getting nowhere

My head and my heart are colliding, chaotic
Pace of the world
I just wish I could stop it
Try to appear like I've got it together
I'm falling apart

Save me
Somebody take my hand, and lead me
Slow me down
Don't let love pass me by
Just show me how
'Cause I'm ready to fall
Slow me down
Don't let me live a lie
Before my life flys by
I need you to slow me down

Sometimes I fear that I might dissapear
In the blur of fast forward I faulter again
Forgetting to breathe, I need to sleep
I'm getting nowhere

All that I've missed I see in the reflection
Passed me while I wasn't paying attention
Tired of rushing, racing and running
I'm falling apart

Tell me
Oh won't you take my hand and lead me
Slow me down
Don't let love pass me by
Just show me how
'Cause I'm ready to fall
Slow me down
Don't let me live a lie
Before my life flys by
I need you to slow me down

Just show me
I need you to slow me down

The noise of the world is getting me caught up
Chasing the clock and I wish I could stop it
Just need to breathe, somebody please
Slow me down


Thursday, April 17, 2008

Cantik.

Saya lagi blokwalking designer's blog, seperti biasa untuk liat-liat apa yang baru. Trus tiba-tiba saya nemu image ruangan bertema Morokko ini. Lucu bgt!!! It's absolutely "me".....
I like the way they arrange the Morrocan elements then creating a very stunning yet exotic combination..
Fyi, the lamps and the room aren't from the same source. I took the room from a designer's blog called http://blogs.nypost.com/, meanwhile the lamps are from a n Indonesian decorator's website who lives in United States. But I still thought it suits the interior's theme.

Ok... Imajinasi mulai bermain... Sore menjelang senja ditepi pantai.. Ditemenin alunan musik Jazz (wah, agak ga nyambung dengan tema ruangan sih, but it still nice anyway =P), segelas fruitpunch, sebuah novel, ready set gooo.... a journey to a fairytale....

Wednesday, April 16, 2008

Whatta dream...

Last night I had a strange dream..
Klo dijadiin film, mungkin mimpi ini masuk kategori film bergenre suspense.. thriller gt...lil bit horror. Jd saya sama seorang tmen sma (sex:male) lagi ada di sebuah hotel tua di out of nowhere I can't describe it. Ntah gmn caranya kita nyampe di tempat itu. Hotel itu bergaya interior art noveau sedikit art deco (ok analisis interior designer dimulai) dengan ambience
suram, mostly yellow light, lampu2 redup, dengan motif wallpaper dari tahun 40-an (I guess). Lift nya lift yg sering difilm-film hollywood mafia-mafiaan, yang besi-besi n keliatan dalemnya gt...

Jadi critanya kita lg jalan-jalan dikoridor. Trus tmenku blg barangnya ketinggalan, jd mau ngambil lg kekamar. Aku disuru nunggu di koridor. Dipencet lah tombol lift yang 'up' sm dia. Tpi orang2 sesama pengunjung hotel blg, "mas, klo naek lift ini hati2 ya. Ada yg bisa gak kembali lg lho". Spontan aku protes donk. Nyuruh dia batalin ambil barangnya. Tp dia ngotot, "klo gak
diambil repot, aku udah janji mau ngasiin k orang" katanya. Ya sudah aku mengalah, dengan catatan dia balik ke lantai tempat kta pisah. ya udah aku nunggu. Selang beberapa menit dy balik. Trnyata evrything's fine. Dengan muka curiga aku jalan lg sama dia. Dianya sih nyantai2 aja. ...... (cerita terpotong, klo dlm film ibaratnya ganti scene,dengan sedikit sensor).

Tiba2 kita udah ada di bar hotel yang sangat kolonial. dan di depan kita ada seorang gubernur jendral Inggris dr jaman penjajahan di India!!!! My gosh, seorang gubernur jendral dr zaman kolonial.... is it real or not, I don't care anymore.... N u know what we're talking about?
"Pak Gubernur Jendral, (in English, of course)... Saya pengen tau, bisa tolong dijelasin gak sama saya. Kok bisa Inggris menjajah ditunggu dulu, dipersiapkan dengan baik2 dulu semuanya, dengan cara diplomatis, klo negara calon jajahannya keliatan kurang welcome, dibangun fasilitas dulu disana, baru dicerdaskan. Sedangkan Belanda sebaliknya?"Lalu dia mulai mengambil cerutunya, menghisapnya dengan santai (gaya mafia tentunya), lalu berkata
"Yah, gitulah... Inggris, gitulah Belanda..."

Damn it... pasti gara2 ngerjain DI Hotel Kolonial semalam suntuk!!

Why good people are poor?

That question running through my mind a couple times. Today I meet a man who works at a minimarket near my home. He deliveres mineral waters. And I must say, he definitely had this manner. Touching my heart, honestly. bagaimana dia menyapa dengan ramah dan sopan, sebagai seorang pengantar air minum, bagaimana dia permisi, dengan ramahnya dia tersenyum, seolah-olah harinya berjalan dengan ga ada masalah sama sekali. And again I say... He's touching my heart. Berapa sih upahnya sebagai seorang karyawan mini market? Belum lg klo dia harus biayain keluarganya... Istri, anak, dsb.. Well, it's not really a nice life, you know. People like this, I meet many of them, this past 3 years of my life, they really work with their heart.

Why... dengan sopan santun dan keramahan itu...mereka stay begitu-begitu saja?
Just livin their life like that day by day.. Dan hal-hal kayak gini nih yg bikin hari saya ngga tenang. Karena ketemu sama org2 kyk begini bisa bikin saya kepikiran terus, wondering hidup seperti apa sih yang mereka jalani.. Alam pikiran saya suka berimajinasi sendiri... Keluar deh sisi melankolis itu... Karena menurut saya karakter sopan santun itu mental orang sukses, karena datang dari hati. dan ironisnya banyak orang-orang dengan status sosial dan ekonomi yang jauh diatas mereka, supposed had that, tapi ngga milikin karakter itu. So sad...

Well, sepertinya hari ini Jessica harus ngomong sama dirinya sendiri...
Calm down, Jessica. God is good all the time. Tuhan itu adil. Ada masanya buat setiap kejadian, dan mungkin kejadian-kejadian yang kamu liat dan alamin itu, harus terjadi, supaya kamu n org lain punya bahan yang cukup bagus untuk direnungin... There's a reason for every situation. And, yea... God is good.
I captured this moment when Monik, Elsa and I spend our Saturday morning at Old Batavia.
That old man, I bet he was handsome when he was younger, nod to me and smile - weakly - when I ask his permit to take a pic of him...