Pages

Tuesday, May 6, 2008

The Greatest Escape, Journey to a heritage.

Cindy n Tika, 1 morning in Ambarita, catching fish in Lake Toba.
Dec 2007.


Masih inget rasanya pertama kali jatuh cinta?
Jantung serasa mo copot... Grogi tiap kali ketemu dia...
Tapi bukan bagian itu yang mau aku bahas.. Bagian yang mau aku sampein adalah adegan dimana waktu kita siang malam keinget dia trus.. Spontan dikepala langsung keputer soundtracknya saya dan dia.. Trus mulai bengong2 sendiri d...

Rasanya apa?
Indah, bahagia, serasa semua masalah terlupa...

Skarang kita beralih ke pengalaman spiritual... Masi inget rasanya pertama kali menemukan Tuhan Pencipta kita? Waktu pertama kali berkomunikasi dengan segenap perasaan dan jiwa, tanpa terkungkung aturan2, tanpa paksaan dari orangtua, tapi dengan pure heart karena satu alasan, saya sayang Tuhan? Ketika kita mengambil keputusan untuk sepenuhnya percaya padaNya tanpa keraguan setitik pun.
Rasanya bukan main, ga ada yang ngalahin, segala perasaan damai, tenang, suka cita, bercampur aduk jadi satu...
Dan kita pun lahir menjadi pribadi yang baru..
And it also called a "First Love"... A purest case of "First Love".

Nah, skarang kita beralih ke hal lain lagi. Bagaimana dengan
cinta kampung halaman?
Ada yang pernah ngerasain? Tunjuk tangan.... Kalo yang ini.. Jujur saya bingung mau mulai dari mana. Tapi intermezzonya begini deh kira-kira. "
Be greatful for knowing where u come from. Be thankful for who you are. For God has arrange His amazing plan for your people by YOURSELF."
Yap.. Berbahagialah orang2 yang udah pern
ah menginjakkan kaki di kampung halamannya, tempat dimana kakekmu menghabiskan masa kecilnya, main bola dengan teman-temannya, tempat dimana buyutmu berjuang mencari nafkah demi masa depan anak-anaknya, karena dari tempat itulah sejarah dirimu bermula.

Semester ini, pikiranku dibuka seluas2nya sama Tuhan. Mulai dari rencana tugas akhir, yang aku ambil topik tentang kebudayaan Batak Toba. Awalnya tujuanku cuma sa
tu. Sebagai proyek idealis terakhir (bersyukur aku kuliah interior, aku dikasih nilai untuk bikin apa yang aku mau, bukan apa yang orang mau! Namanya juga masi kuliah), sebagai tanda bahwa aku gak pernah dan gak akan lupa darimana aku berasal. Sebagai tonggak, bahwa sejauh apa aku pergi nanti, lintas samudera kah atau lintas benua, aku harus kembali lagi ketempat dimana akarku tertanam.

Dan penelitian demi penelitian pun dmulai. Berhubung aku belum punya waktu untuk balik ke Medan n ke Samosir, aku search by web dulu... N sempet dapet jg buku di perpustakaan walopun dapetinnya dengan perjuangan. Karena dari sekian ribu buku yang disusun rapi di rak2 gede perpus kampus nan hitech n modern itu, cuman ada 1 buku tentang kebudayaan Batak!
Ya, begitulah kira-kira..

Bulan demi bulan, berhubung kuliah kolokium nuntut aku harus nyusun bab 1 n kalo bisa juga bab 2 n bab 3 selesai, aku harus gali bahan sebanyak-banyaknya. N disinilah cerita ini dimulai. Kalo aku boleh bilang, prosesnya seperti pertama kali suka sama orang. Kenalan, mulai jalan, saling mengenal kebiasaan masing-masing, jealousankah dia? Ato malas, kerjanya tidur mulu?
Ato ternyata dia adalah the most wonderful guy u ever know? Dari saling mengenal, rasa suka bergeser lebih sedikit jadi rasa sayang.


Pelan-pelan rasa sayang aku mulai tumbuh. Rasa syukur aku terlah
ir jadi orang Batak, betapa bangganya aku dengan segala budaya, Dalihan Natolu, filosofi hidup Batak, tentang nenek moyangku yang melembutkan hatinya dan nerima Tuhan Yesus jadi Juru selamat mereka. Dan melihat Danau Toba, walaupun hanya dari blog-blog orang, untuk yang entah keberapa kalinya, hatiku mau meledak rasanya!

Damn... Like, I have been to Bali, the land of God, I have been to Europe, the absolutely prettiest continent of the earth.. But, just when I remember how I feel when I stepped my feet at the Samosir Island, NOTHING compare the feeling. Perasaan dimana rasanya, God, this is where I supposedly belong.. My ancestors land.. Dan di tano Batak itu, aku masih ingat anginnya yang bertiup lembut, bukit2 yang menghampar, inang-inang lagi gendong anaknya, hamparan sawah, yang di depannya berdiri gerej
a dari kayu, lalu rumah-rumah Batak itu,dengan atap tingginya yang masih berdiri dengan tegaknya. Terbayang para leluhur dengan kain ulos kebanggaan mereka berdiri dengan gagahnya, menjagai tanah Batak dan Danau Tobanya dengan setia sampai akhir. This is my greatest escape.. Dan melihat tanah Samosir juga, walaupun hanya dari sambungan internet ribuan kilometer jauhnya, aku teringat my beloved Opung Doli Sianipar yang udah
duluan dipanggil Tuhan... My gosh..
I miss him.. Air mataku menetes..

I'm so sorry. But I can't really describe my feeling... Sebuah perasaan yang sangat abstrak.. Aku tau, disaat aku menginjakkan kakiku ke pulau orang batak itu, air mataku gak akan bisa aku tahan.. Karena pada saat itu aku, dengan segala ideologi modernku dengan segala pandangan hidup liberalku,dengan segala ambisi manusiaku.. Seperti langkahku distop, kedua bahuku
di pegang dari depan, lalu dibalikkan, untuk melihat kembali, loncat ke beratus-ratus tahun yang lalu, jauh ketika opungku pun belum ada, ketika nenek moyang yang jauh di belakang kami, berdoa, memanjatkan permohonannya pada Tuhan, untuk menjagai keturunannya. Ketika nenek moyangku memanjatkan doa ucapan syukur, dan memohon agar Tuhan memberkati keturunannya, sampai entah berapa generasi selanjutnya. Ketika nenek moyangku memohon agar Tuhan menjadikan keturunannya orang-orang besar.

Dan, saat itu. Aku tau. I've to do something. Bahwa ketika Tuhan menciptakan Jessica jadi orang Batak, bukan hanya rasa bangga semata yang Tuhan ingin Jessica miliki. tapi sebuah visi, yang semakin lama semakin jelas tergambar di pikiranku, bahwa aku harus buat sesuatu untuk Tano Batak. Bahwa dengan kondisinya dewasa ini, dimana kemiskinan menjadi pemandangan b
iasa, kekurangan dimana-mana, pendidikan yang kacau-balau, dan kebudayaan yang diabaikan dengan kejamnya oleh para Batak people yang mengaku dirinya modern, akan menjadi momen yang sangat indah kalau aku diberikan kesempatan untuk ikut serta memperbaiki apa yang sedang terjadi di sana, sekecil apapun peranku. Semuanya sebagai wujud syukurku kepada Tuhan, atas kampung yang luar biasa indahnya, dan syukur atas takdirku dilahirkan sebagai orang Batak.

Aku belum tau itu apa. Aku belum tau kapan waktu yang tepat. Tapi yang aku tau, perasaan nyesal ketika aku mengabaikan suara itu, tak akan ada yang menandingi.
Sekarang adalah waktunya aku berbenah diri, prepare myself, inside-out, and ask God if this is really His call.
And, when the time is coming, I'll go.
Ada yang mau ikut?



















(ps. I wrote this post while listening to Viki Sianipar's Toba Dream 3, really a perfect OST album for my Tano Batak imaginations... and my head full of Tao Toba's magnificent view, the blue sky, the Pusuk
Buhit stood still, n all I wanna do just rush there n stay as long as I can, 'till He ask me to leave...)



"Culture is the widening of the mind and of the spirit."
Jawaharlal Nehru

3 comments:

Anonymous said...

Aku bacanya kok seperti bercermin ya.. :) I know exactly what you feel as I experienced the same thing.

May i know when it happened?

jessica said...

About 2 years ago... 1 n half year since I leave Medan for study in Jakarta. N ternyata benar apa yang dikatakan orang bijak, you don't know what you've got till it's gone (gone saya ganti jd faraway).

Been there for many times, sampai di satu titik ketika saya memandang Batak Land dari sudut yang berbeda,
dan baru saya sadar,.. sejauh apapun orang Batak pergi, keujung dunia mana pun, suatu saat pasti akan kembali ke kampungnya.

Btw, I'm your big fan (saya manggil apa ya? Sabtu kmrn aku ke Toba Dream liat performancenya bang Viki.. Sama opung Tetty..)

Unknown said...

Buw..gilee,,salut banget ama elu..low profile abis..jujur gue belum bisa segitu bangganya jadi orang batak..
Secara kita ini smua history maker,,halah,,gue BANGGA abis ketika jessica yang gue kenal bisa ngubah samosir jadi the most visited place in Sumatra, alias highest tourism destination..Gue bener2 nunggu itu..Secara kampung bokap gue itu..Yang bener2 ke kampungnya abis di porsea gue pernah sekali..Jujur (ga mau lagi) karena gue ngerasa adoow,,gue gak yakin gue bisa hidup disana (bukan sombong lho jes) cuman yang kayak buang pup di rumput dan hidup di rumah panggung..Tapi itu kan porsea..tapi letaknya ya situ juga..
JEEEE, bener2 asli bangga abis kalo lu bisa ngubah samosir,,bangga juga ama proyek idealis elu..itu aja udah a START lhooooo..
Hmmph, waduh, jangan salahkan aku donks jenks..hahaha,,well, gud luck yah buat semuanya,,anyway gue udah Sarjana Sastra sekarang (padahal yang gue pelajarin linguistik, halah, sebodo teing lah)..kalo mau tau cerita duka-dukanya aku bahas di blog aku, tapi itu gak ampe yang rinci gila sih..mikir2 sapa juga yang tertarik kalo panjang banget..hahaha
(well,,panjang kan komennya)
hahah..once again, GUD LUCK!