maka hari ini, ijinkan aku bertanya...
apa gunanya hidup kalau hanya untuk bertahan?
bertahan dari sengatan mentari yang tajamnya menguras peluh.
bertahan dari dinginnya malam yang menusuk tulang.
bertahan dari deru badai yang mengguncang sanubari
apa gunanya hidup kalau hanya dijalani sebagai mekanisme pertahanan
hari demi hari, hanya utk menemukan bagaimana cara tubuh, jiwa dan hati ini bisa bertahan melewati hari
berawal dari matahari terbit, berkuasa disarangnya di langit sana, hingga akhirnya lelah berganti malam
ketika berganti bulan yang mengambil alih
tubuh, jiwa dan hati yang telah mengalami hidupnya selama satu hari diizinkan beristirahat sejenak,
melepas peluh, mengistirahatkan sejenak pertahanannya,
untuk mempersiapkan hari esok yang kurang lebih sama,
jikalau Sang Pencipta mengizinkan. Begitulah seterusnya
hidup dalam sebuah siklus yang kurang lebih sama
sampai pada akhirnya tiba, semua menjadi tidak berarti
sebab pada akhirnya, semua tidak berarti
semua pencapaian, semua mimpi
semua perasaan, semua emosi yang kerap kali menghantui.
semua isak tangis, semua dendam amarah, semua benci.
yang tinggal hanyalah kesan
sebab pada akhirnya semua yang terjadi, semua drama, semua peran yang kita lakoni akan lenyap
lenyap.. seperti mimpi..
pada akhirnya seribu tahun hanya terasa seperti mimpi..
pada akhirnya... semua tidak berarti...
No comments:
Post a Comment